Pendamping Desa – Sukatani Band, kuartet musik asal Yogyakarta, dikenal dengan gaya musik ska punk yang enerjik dan lirik-lirik lagu yang cerdas, kritis, namun tetap jenaka. Salah satu lagu mereka yang cukup populer dan seringkali menjadi anthem di kalangan penggemarnya adalah “Bayar Bayar Bayar”. Lagu ini bukan sekadar alunan musik upbeat yang asyik untuk berdansa, tetapi juga menyimpan pesan mendalam tentang realitas kehidupan urban yang penuh tekanan ekonomi dan tuntutan finansial.
Artikel ini akan mengupas tuntas lirik lagu “Bayar Bayar Bayar” dari Sukatani Band, menelusuri makna di balik setiap baitnya, serta memahami konteks sosial yang melatarbelakangi lagu ini. Bagi Anda yang penasaran dengan pesan yang ingin disampaikan Sukatani Band melalui lagu ini, simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Menyelami Lirik “Bayar Bayar Bayar”: Antara Ironi dan Realita Ekonomi
Lagu “Bayar Bayar Bayar” dibuka dengan intro musik ska yang riang, namun kontras dengan tema lirik yang diangkat. Judul lagu yang repetitif, “Bayar Bayar Bayar”, langsung menangkap inti permasalahan yang ingin disuarakan: tuntutan pembayaran yang tak henti-hentinya dalam kehidupan modern.
Berikut adalah lirik lagu Bayar Bayar Bayar yang kini ditarik dari peredaran.
Mau bikin SIM bayar polisi
Ketilang di jalan bayar polisi
Touring motor gede bayar polisi
Angkot mau ngetem bayar polisi
Aduh aduh ku tak punya uang
Untuk bisa bayar polisi
Mau bikin gigs bayar polisi
Lapor barang hilang bayar polisi
Masuk ke penjara bayar polisi
Keluar penjara bayar polisi
Aduh aduh ku tak punya uang
Untuk bisa bayar polisi
Mau korupsi bayar polisi
Mau gusur rumah bayar polisi
Mau babat hutan bayar polisi
Mau jadi polisi bayar polisi
Aduh aduh ku tak punya uang
Untuk bisa bayar polisi
Kritik Sosial yang Jenaka Ala Sukatani Band
Sukatani Band tidak hanya sekadar meratapi nasib dalam lagu “Bayar Bayar Bayar”. Mereka menyelipkan kritik sosial yang tajam namun tetap disampaikan dengan gaya yang jenaka dan menghibur. Lirik “Pusing kepala mikirnya… Gaji pas-pasan saja, hidup kok gini amat ya…” menyiratkan frustrasi dan kebingungan menghadapi realitas ekonomi yang sulit. Namun, penyampaiannya yang ringan dan irama musik ska yang ceria justru membuat lagu ini mudah diterima dan relate dengan banyak orang.
Lagu “Bayar Bayar Bayar” menjadi representasi suara kaum urban yang merasakan tekanan ekonomi, namun tetap berusaha bertahan dan mencari hiburan di tengah kesulitan. Sukatani Band mampu mengubah keluhan dan keresahan menjadi sebuah lagu yang enerjik dan membangkitkan semangat, alih-alih terjebak dalam keputusasaan.